Rabu, 11 Juni 2014

Budidaya Anting Putri, Cocok untuk Bonsai

Oleh Henri Nurcahyo

Deddy H Atamimi dan Anting Putri,
bonsai terbaik di Pameran Bogor 
Dari sekian jenis pohon-pohon yang ideal untuk bonsai, Anting Putri(Wrightia religiosa sp) adalah salah satu pohon yang cocok. Namun karena pohon ini berasal dari China maka perlu dilakukan budidaya untuk mendapatkan perbanyakannya. Bahkan di kawasan Bintan dan Pulau Batam sudah dilakukan budidaya besar-besaran meskipun bukan semata-mata untuk kepentingan bonsai.

Bunga Anting Putri
Pohon ini juga dikenal dengan nama Melati Anting, ada yang menamakan Santalia. Karakter Anting Putri memang sudah indah sejak awalnya. Banyak bonsai Anting Putri yang mengeluarkan bunga-bunga putih mirip melati yang menggantung indah dan bisa menjadi dominan dibanding daunnya. Bunga-bunga berbau harum ini konon justru dibutuhkan untuk keperluan sembahyang di kuil dan vihara. Mungkin itu sebabnya nama latinnya menggunakan kata religiosa.

Anting Putri koleksi Andries Cianjur
Dan yang menarik, keindahan Anting Putri ini justru lebih terlihat manakala dibuat sebagai bonsai ketimbang ditanam biasa sebagai penghias taman misalnya. Di negara asalnya malah digunakan sebagai tanaman pagar biasa. Kondisi keterbatasan dalam pot bonsai justru merangsang pertumbuhan bunga sehingga menjadikannya indah dipandang.

Bagaimana cara melakukan perbanyakan? “Gampang, cara apa saja bisa. Semua cara perbanyakan sudah saya lakukan,” tutur Deddy H. Atamimi. Menurut pengalamannya, Anting Putri dapat diperbanyak dengan biji, setek batang, setek akar dan juga cangkok. “Tapi kalau untuk bahan bonsai lebih ideal dicangkok,” tambah ketua PPBI Cabang Bogor itu. Dengan cara dicangkok maka sudah bisa didapatkan bakalan yang cukup besar, bisa dipilih batang yang sudah memiliki gerak dasar bagus. Untuk mempercepat pertumbuhannya, Deddy menyarankan hasil cangkokan itu langsung ditanam di tanah sekaligus dapat dilakukan program akar.

Anting Putri hasil budidaya
Sebagai pemain bonsai senior di Bogor, Deddy merasa berkewajiban menumbuh-suburkan para penggemar bonsai di kotanya. Apalagi posisinya sebagai ketua umum PPBI Cabang Bogor. Maka hasil budidaya Anting Putri yang dimilikinya sering diberikan pada para pemula itu. “Tapi sekarang sudah habis, jangan minta lagi lho,” ujarnya disusul tawa.

Daunnya memang sudah kecil dan manakala diprogram dengan baik akan sanggup mengecil lagi sampai ukuran beras. Pohon bisa digundul habis daunnya, baru nanti akan tumbuh sendiri dalam ukuran yang lebih kecil dari semula. Dengan adanya pruning ini memang pembagian makanan ke masing-masing daun menjadi lebih sedikit. Namun bonsai tetap sehat karena asupan makanan yang teratur.

Bakalan Anting Putri
Mengenai sifat-sifatnya,Anting Putri dikenal sebagai tanaman yang rakus makanan. Jika kurang asupan makanan, termasuk air, pertumbuhan akan mandeg. Apalagi pertumbuhan perakarannya tergolong cepat. Manakala ditanam di pot, media yang digunakan cukup pasir Malang ditambah humus. Bisa digunakan pupuk kimia, Dekastar misalnya, yang bersifat slow release sehingga bisa bertahan enam bulan baru dipupuk lagi. “Jangan lupa pot harus berlubang bawahnya agar air tidak menggenang,” ujar lelaki asal Surabaya ini.

Soal penyakit bisa diatasi. Biasanya ulat, belalang dan semut atau kutu putih. Yang penting bagaimana menjaga kebersihan bonsai, harus sering dibersihkan, disemprot air, disikat, dan diberikan obat anti hama secara teratur.

Untuk keperluan program, Anting Putri tidak membutuhkan pengawatan sebagaimana program bonsai gaya Jepang. Cukup mengandalkan pertumbuhan alami, dilakukan kontrol pertumbuhan, dan memang membutuhkan waktu lebih lama. Cara program seperti ini memang lazim dilakukan di China. Kalau mengikuti bentuk di habitat aslinya, pohon ini akan tumbuh dengan gaya seperti sapu terbalik (broom) namun masih memungkinkan diprogram gaya lainnya.

Dengan adanya perbanyakan secara besar-besaran langsung di alam, maka keberadaan Anting Putri tidak lagi murni dapat disebut pohon impor. Pulau Bintan dan Batam sekarang sudah dapat dikatakan sebagai habitat baru Anting Putri sebagaimana Cemara Udang di Madura. Dibanding dengan Anting Putri yang langsung didatangkan dari China, maka Anting Putri dari Pulau Bintan lebih bagus. Bahkan ditanam dimana saja  Anting Putri bisa tumbuh, asal memiliki panas matahari yang cukup. Ini memang pohon yang bandel. Tentu saja manakala ditanam di dataran tinggi yang dingin menjadi kurang bagus dibanding habitat daerah panas.


Persoalannya adalah, banyak kalangan pemain bonsai yang tidak sabar melakukan budidaya sendiri. Mereka langsung impor bonsai Anting Putri dari China dalam bentuk setengah jadi, malah sudah dalam bentuk jadi. Hal ini memang sah-sah saja, meski dalam dunia perbonsaian itu justru proses membuat bonsai hingga jadi itulah yang jauh lebih penting ketimbang sudah tahu langsung dalam bentuk yang sudah bagus. Itu sebabnya bonsai yang sudah jadi, apalagi yang bagus dan sering menang dalam banyak kontes, sulit dihargai dengan nilai berapapun. Tidak sebanding dengan proses dan waktu yang dibutuhkannya. (*)

Sumber http://jelajahbonsai.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar